Hubungan Prematuritas, BBLR dan Asfiksia dengan Kejadian Ikterus Neonatorum

Authors

  • Siti Fadila Alviana Faisal Universitas Islam Al-Azhar Mataram
  • Ananta Fittonia Benvenuto Universitas Islam Al Azhar Mataram
  • Halia Wanadiatri Universitas Islam Al Azhar Mataram
  • Sugianto Prajitno Universitas Islam Al Azhar Mataram

DOI:

https://doi.org/10.36312/ej.v5i1.1784

Keywords:

Ikterus Neonatorum, Prematuritas, BBLR, Asfikisia.

Abstract

Ikterus neonatorum adalah kejadian biologis pada bayi yang muncul karena produksi sel darah merah yang tinggi dan ekskresi bilirubin rendah yang di tandai dengan gejala kulit berwarna kuning. Beberapa faktor risiko ikterus neonatorum yang sering terjadi di Asia yaitu jenis kelamin, usia kehamilan, berat badan lahir, jenis persalinan, kejadian asfiksia dan frekuensi pemberian Air Susu Ibu (ASI). Menurut Badan Pusat Statistik Tahun 2023, Kabupaten Lombok Barat merupakan kabupaten yang memiliki jumlah penduduk ke-tiga terbanyak di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan jumlah penduduk sekitar 753?641. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara Prematuritas, Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Asfiksia dengan kejadian Ikterus Neonatorum di RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat yang merupakan rumah sakit tipe B dan menjadi rujukan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan lanjutan. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif analitik dengan desain penelitian cross sectional dimana suatu penelitian yang dilakuakn untuk mempelajari kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan cara pendekatan atau pengumpulan data sekaligus pada satu saat tertentu. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dimana sampel penelitian sebanyak 170 Responden. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji korelasi Chi-Square. Adapun nilai p-value Prematuritas dengan kejadian Ikterus 0,009 (p-value <0,05), BBLR dengan kejadian ikterus 0,003 (p-value <0,05), Asfiksia dengan kejadian ikterus 0,013 (p-value <0,05). Berdasarkan hasil yang diperoleh maka terdapat hubungan yang signifikan antara prematuritas, BBLR, Asfiksia dengan kejadian Ikterus Neonatorum di RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat.

Relationship between Prematurity, BBLR and Asphyxia with the Occurrence of Neonatal Jaundice

Abstract

Neonatal jaundice is a biological occurrence in infants that arises due to high red blood cell production and low bilirubin excretion, marked by yellowish skin symptoms. Several risk factors for neonatal jaundice frequently observed in Asia include gender, gestational age, birth weight, type of delivery, incidence of asphyxia, and the frequency of breastfeeding. According to the Central Statistics Agency in 2023, West Lombok Regency has the third largest population in West Nusa Tenggara (NTB) with about 753,641. This study aims to analyze the relationship between prematurity, Low Birth Weight (LBW) Babies, asphyxia, and the occurrence of neonatal jaundice at the Patut Patuh Patju Hospital in West Lombok, which is a type B hospital and serves as a referral center for those in need of advanced healthcare services. This research was conducted analytically with a cross-sectional study design, where a study is performed to examine the correlation between risk factors by means of an approach or data collection at a specific point in time. The sampling technique used was purposive sampling, with a sample size of 170 respondents. The data obtained were analyzed using the Chi-Square correlation test. The p-values for prematurity with the occurrence of jaundice were 0.009 (p-value <0.05), LBW with the occurrence of jaundice was 0.003 (p-value <0.05), and asphyxia with the occurrence of jaundice was 0.013 (p-value <0.05). Based on the results obtained, there is a significant relationship between prematurity, LBW, asphyxia, and the occurrence of neonatal jaundice at the Patut Patuh Patju Hospital in West Lombok.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Anggelia, T. M., Sasmito, L., Purwaningrum, Y. (2018). Risiko Kejadian Ikterus Neonatorum Pada Neonatus Dengan Riwayat Asfiksia Bayi Baru Lahir Di RSD dr. Soebandi Jember Pada Tahun 2017. Jurnal Terapan, 4(2), 154–164.

Annet, N. dan Naranjo, J. (2014) ‘Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah dan Prematuritas dengan kejadian Ikterus Neonatorum di RSUD. Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto’, Applied Microbiology dan Biotechnology, 85(1), pp. 2071–2079.

Annisa, P. (2020). Literatur Review Tentang Faktor-faktor Penyebab Ikterus Neonatorum. Dalam http;//digilib.unisayogya.ac.id

Aulia, K., Wardhana, K.W., Danial., Pasaribu, M., Buchori, M. (2022). The Correlation between Gestational Age and APGAR Score towards Prevalence ofNeonatalJaundice at Abdoel Wahab Sjahranie Regional Public Hospital in Samarinda, Jurnal Verdure, 4(1), pp. 368–373.

Auliasari, N. A., Etika, R., Krisnana, I., Lestari, P. (2019). Faktor Risiko Kejadian Ikterus Neonatorum. Pediomaternal Nursing Journal, 5 (2), 183. https://doi.org/10.20473/pmnj.v5i2.13457

Badan Pusat Statistik . (2012) . Angka Kematian Bayi.

Badan Pusat Statistik . (2018). Profil Kesehatan Ibu dan Anak, p. 312.

Badan Pusat Statistik . (2020) . Angka Kematian Bayi.

Badan Pusat Statistik . (2023) . Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi NTB.

Dorji, N., Gurung, M.N., Gyeltshen, D., Mongar, K.S.,Wangmo, S. (2022). Epidemiology of neonatal jaundice at Punakha District Hospital, Punakha, Bhutan, International Health, 0, pp.1–7.

Edward, Z., Ipaljri, A., Hafid, A. I., (2022). Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum Di Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Zona Kedokteran: Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Batam, 12(1), pp. 68–78.

Elvira, V., Sofyana, H., Cahyaningsih, H., Ramadianti, S. (2020). Gambaran Hub ungan Usia Gestasi Dengan Kejadian Ikterus Pada Neonatus, Jurnal Kesehatan Siliwangi No, 1(1), p. 2020.

Ewindrawati, A. (2023). Faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya ikterus neonatorum di ruang perinatologi resiko tinggi (PERISTI) RSUD patut patuh patju Lombok barat.

Fatimah, (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi NY “N” Dengan Ikterus Fisiologi Di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.

Fortuna, R. R. D., Yudianti, I., Trimardiyanti, T. (2018). Waktu Pemberian Asi Dan Kejadian Ikterus Neonatorum. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia (JIKI), 4(1), 43. https://doi.org/10.31290/jiki.v(4)i(1)y(2018).page:43-52

Harahap, S. H. (2018). Efektivitas Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Pada Bayi Prematur. Universitas Sumtera Utara, 1–64.

IDAI. (2004). Standar pelayanan medis kesehatan anak: Asfiksia neonatorum. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 272-6 p.

IDAI. (2004). Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak: Bayi Berat Lahir Rendah. Edisi I, Jakarta.

Irmawartini, dan Nurhaedah. (2017). Metodologi Penelitian Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Isdayanti, Y. (2019). Hubungan Asfiksia Dan Sepsis dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di RSUD Salatiga. Universitas Ngudi Waluyo Ungaran.

Jaya, A. A., Saharuddin, S., Fauziah, H. (2021). Hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan Hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Wilayah Kota Makassar Periode Januari-Desember Tahun 2018’, UMI Medical Journal, 6(2), pp. 137–143. Available at: https://doi.org/10.33096/umj.v6i2.168.

Joseph, A dan Samant. H. (2021) Jaundice.StatPearlsPublishing.https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31334972/. Diakses Januari 2022.

Kartika, S, A., Sincihu, Y., Ruddy, T. B. (2018). Tingkat Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Lamanya Ketuban Pecah Dini pada Persalinan Aterm’, Online) Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 7(1), pp. 84–92.

Kementerian Kesehatan RI. (2017) Profil Kesehatan Indonesia 2015. Available at: https://doi.org/10.1002/qj.

Kementerian Kesehatan RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2020, Pusdatin. Kemenkes.Go.Id.

Kementerian Kesehatan RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesia 2021, Pusdatin. Kemenkes.Go.Id.

Kementerian Kesehatan RI. (2019) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/240/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Hiperbilirubinemia,” kemenkes RI, Pusat data dan informasi, 8(5), p. 55.

Kliegman, R. M. (2016). Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Elsevier.

Kurniati, A., (2022). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di RSUD Martapura Oku Timur tahun 2022. Skripsi. Stikes Bina Husada Palembang.

Lestari, S. (2018). Hubungan Berat Badan Lahir Bayi dan Usia Kehamilan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di RSUD Sleman Tahun 2017, Poltekes Kemenke sYogyakarta, 6, (2), pp. 377.382. Availableat:http://jmm.ikestmp.ac.id/index.php/maskermedika/article/view/241.

Marcdante, K. J,. Robert, M. K,. Hal, B. J., Richard, E.B. (2014). Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Singapura: Saunders.

Maria, G.K dan Clarence, W. (2020). Birth Asphyxia. National Center For Biotechnology Information.

Marmi, (2016). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Madiastuti, M. dan Chalada, S. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Neonatus Hiperbilirubin di RSB Pasutri Bogor Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, Jurnal Ilmu dan Budaya, 40(55), pp. 6385–6404.

Mojtahedi, S. Y., Izadi, A., Seirafi, G., Khedmat, L., Tavakolizadeh, R. (2018). Risk Factors Associated With Neonatal Jaundice: A Cross-Sectional Study From Iran. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 6(8), 1387–1393. https://doi.org/10.3889/oamjms.2018.319

Nasution, A. N. H. (2017). Hubungan Antara Usia Gestasi Dengan Kadar Bilirubin Pada Neonatus Di RSUP Haji Adam Malik Pada Tahun 2016.

Nurafni, N., Jawiah, J. dan Rohaya, R. (2023) ‘Factors associated with the incidence of Hyperbilirubinemia in Neonates at RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang in 2022’, Journal of Maternal and Child Health Sciences (JMCHS), 3(1), pp. 2015 2019. Available at: https://doi.org/10.36086/maternalandchild.v3i1.1698.

Nurlathifah, N.Y., Anatun, A., Rizna, A. S. (2021). Hubungan Frekuensi Pemberian ASI dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB’, Jurnal Medika Hutama, 02(02), pp. 764–771.

Nursalam, (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi.4. Jakarta : Salemba Medika.

Nopitasari, Y. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Bayi Prematur, p. 47.

Notoatmodjo, P. D. S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan (2nd ed.). PT. Rineka Cipta.

Prawihadrjo, S. (2016). Ilmu kebidanan. Ed 4 Cet 5. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Priscitadewi, P. A. A., Rahadianti, D., Hidayati, S., Dahlia, Y. (2022). Karya tulis ilmiah hubungan kecerdasan emosional dan manajemen waktu terhadap tingkat stress pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar. Prosiding Seminar Nasional UNIMUS, 5, 1399–1414.

Purbasary, E.K., Virgiani, B.N., Hikmawati, K. (2022). Gambaran Kejadian Asfiksia NeonatorumDi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu’, 1(2), pp. 104–109.

Puspita, N. (2018). Pengaruh Berat Badan Lahir Rendah Terhadap Kejadian Ikterus Neonatorum Di Sidoarjo. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(2), 174. https://doi.org/10.20473/jbe.v6i22018.174-181

Rosdianah, Nahira, Rismawati, Nurqalbi S.R. (2019). Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal. CV. Cahaya Bintang Cemerlang.

Saadah, A., Seniwati, T. dan Fadilah, N. (2022) ‘An Overview of Management Newborn Based on Apgar Score in Makassar City Hospital’, Indonesian Contemporary Nursing Journal, 6(2), pp. 1–10.

Sakunti, S.S. (2022). Analisi Faktor Risiko Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2021, Makalah Skripsi, (8.5.2017), pp. 2003–2005.

Satu Data NTB. https://data.ntbprov.go.id/dataset/persentase penanganan komplikasi - kebidanan dan komplikasi neonatal tahun 2021 provinsi NTB. Diakses tanggal 01 Maret 2022.

Sembiring, J. B. (2019). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Prasekolah. Sleman: CV Budi Utama.

Septi, D. dan Rita, R. (2018) ‘Hubungan BBLR Dan Asfiksia Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum’, Jurnal Obstretika Scientia, 7(1).

Siswari, B.D., Yanti, E.M. and Priyatna, E. (2023) ‘Hubungan Kelahiran Prematur dengan Kejadian Ikterus Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di RSUD’, Journal of Pharmaceutical and Health Research, 4(2), pp. 319–325. Available at: https://doi.org/10.47065/jharma.v4i2.3667.

Sri, Y.W., Tantri, P., Rudi A., Eldessa, V.R., Wahyudin, S.N., (2023). Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Kejadian Hiperbilirubinemia di Ruang Perinatologi RSUD dr. Slamet Garut, Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 8(2), pp. 2013–2015.

Stevany, V. (2018). Tingkat kejadian dan karakteristik ikterus neonatorum di unit perinatologi rumah sakit umum pusat haji adam malik tahun 2017 skripsi.

Sukadi, A. (2014). Hiperbilirubinemia. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Suroso, dan Yenni, M. (2023). ‘faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Haji Abdul Madjid Batoe Muara Bulian’, 4(3), pp. 631–638. Available at: https://bnr.bg/post/101787017/bsp-za-balgaria-e-pod-nomer-1-v-buletinata-za-vota-gerb-s-nomer-2-pp-db-s-nomer-12.

Sursilah, I., Hidayah, F. N., Ardiyanti,T. (2015) ‘Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ikterus pada bayi di ruang perinatologi RSUD 45 Kuningan Januari s.d. Desember Tahun 2015’, Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 7(2), pp. 107–15.

Triani, F., Setyoboedi, B. dan Budiono, B. (2022) ‘the Risk Factors for the Hyperbilirubinemia Incident in Neonates At Dr. Ramelan Hospital in Surabaya’, Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal, 6(2), pp.211 218. Available at: https://doi.org/10.20473/imhsj.v6i2.2022.

Ulfah, M. (2014). Hubungan berat bayi lahir rendah dan prematuritas dengan kejadian ikterus neonatorum di RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo purwokerto, Applied Microbiology and Biotechnology, 85(1), pp. 2071–2079.

Ulfatul, R dan Siti, N. I. S. (2023). Hubungan Preeklampsia dan Ketuban Pecah Dini Terhadap Kejadian Persalinan Preterm di RSUD Dr. R. Soedjono Selong’.

Veneranda, C dan Fransisca, C. (2023). Hubungan Inkompatibilitas golongan darah ABO dengan kejadian jaundice pada neonatus, 4, pp. 2940.

Wibowo, R. M. (2021). Hubungan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Risiko Hiperbilirubinemia Berat Pada Neonatus di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Widadi, S.Y,. Tantri, P., Rudi, A., Eldessa, V. R., Wahyudin, S.N. (2023) ‘Hubungan BBLR dengan kejadian Hiperbilirubin di ruang Perinatologi RSUD dr. Slamet Garut’, Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 8(2), pp. 2013–2015.

Widagdo, (2012). Tatalaksana Masalah Penyakit Anak dengan Ikterus. Jakarta. Sagung Seto.

Widiawati, S. (2017). Hubungan Sepsis Neonatorum , BBLR Dan Asfiksia Dengan Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir. 6(1), 52–57.

Wijata, A., Wilar, R., Sarah, M. W., Johnny, R. (2016). Kadar Neuron Specific Enolase Serum dan Derajat Ensefalopati Hipoksik Iskemik pada Asfiksia Neonatorum. Sari Pediatri, 18(1),hal.1- 5.Availableat:https://saripediatri.org/indexphp/saripediatri/article.

Wiknjosastro, Gulardi, H., Trijatmi, R., Abdul, B. S. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

World Health Organization (WHO). 2012. Basic Newborn Resucitation .

World Health Organization (WHO). 2014. Prevalensi Ikterus Neonatorum .

World Health Organization (WHO). 2018. Prevalensi Prematuritas .

World Health Organization (WHO). 2019. Angka Kematian Bayi .

Wulandari, T., Suci, R. M., & Furwasyih, D. (2021). Hubungan Berat Lahir dengan Kejadian Ikterus di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Mercusuar, 3(1), 10–15.

Yusuf, N., Aupia, A., Sari, R. A. (2021). Hubungan Frekuensi Pemberian ASI dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah

Zahra, N.L dan Suganda, T. (2015). Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014, pp. 83–90.

Downloads

Published

2024-04-09

How to Cite

Faisal, S. F. A., Benvenuto, A. F., Wanadiatri , H., & Prajitno, S. (2024). Hubungan Prematuritas, BBLR dan Asfiksia dengan Kejadian Ikterus Neonatorum. Empiricism Journal, 5(1), 47–59. https://doi.org/10.36312/ej.v5i1.1784

Issue

Section

Articles